Jumat, September 26, 2014

ayo (cari) sekolah (lagi), pandji.....

tahun ajaran 2015- 2016 memang baru akan dimulai 10 bulan mendatang. 
tapiiiii untuk pendaftaran beberapa sekolah swasta sudah akan dimulai satu- dua bulan ke depan. dan yak, perburuan kembali dimulai. 
duuuhhh, kok cepet banget ya pertumbuhannya anak- anak itu, tau2 pandji udah mau SD. sementara saya masih suka cium-cium bertubi2, peluk2 sambil menari, saling cerita dan ketawa2 sebelum tidur. huhuhuhuuu.. 
siap2 kalo udah masuk SD pasti lebih serius belajar, pake ulangan segala, trus sekolahnya jadi lebih lama...huhuhuuu :'( *loh kok malah ibu yang panik yaa... :D

sebenarnya saya sudah survey ke beberapa sekolah justru sejak agustus kemarin. 
karena punya pengalaman -anak stress karena beban akademik sekolah- maka saya tak ingin membeli kucing dalam karung. 
beberapa poin penting menjadi syarat mutlak saya untuk sekolah pandji nantinya. 

sekolah pandji saat ini berjarak 12km dari rumah. 
secara fisik, memang sungguh amat sangat melelahkan. 
tapi tiap liat anaknya bahagia, cerita cas cis cus tentang sekolahnya, masih aktif main ini itu, yah...beberapa hal memang harus dikorbankan. 
untuk saat ini, sedia sehat aja sebelum anter- jemput pandji sekolah lah :) 

jadi.... 
poin pertama adalah jarak
ehm, dengan jarak sekolah TK aja 12km kebayang dong ya parameter "deket"nya saya sejauh apa :D
yang masuk list saya memang tidak bisa dibilang dekat rumah sih, yah paling nggak setengahnya jarak ke sekolah yang sekarang deh. 
dan jam sekolahnya anak SD kan lebih panjang nantinya, jadi saya nggak perlu duduk manis nunggu di sekolah karena nanggung kalo mau pulang dg jarak tempuh yg lumayan aduhai itu. 

yang kedua adalah kurikulum dan metode belajar- mengajar. 
kembali lagi, karena pandji pernah trauma dengan sekolah yg beban akademiknya membebani dan metode belajar yg konvensional, kali ini kami harus lebih cermat lagi memilih sekolah yg tepat. 
dg bekal hasil observasi selama di sekolah, kami punya bayangan lah sekolah apa yg sekiranya cocok buat pandji. 
kami mengutamakan sekolah dg kurikulum nasional dan metode belajar active learning
tidak membebani anak dengan PR dan dapat mengakomodir kebutuhan anak2 diluar kemampuan akademiknya. 
tidak mengkotak-kotak-an anak berdasarkan nilai akademiknya saja. si ini peringkat segini. si itu masuk kelas unggulan. si anu nilainya sekian. 
seleksi masuk sekolah bukan berdasarkan kemampuan akademiknya saja. kalau belum bisa baca-tulis-hitung trus ngga diterima :( 
dengan poin sebanyak ini kok justru lebih banyak daftar sekolah yg deket dari rumah yang terpaksa dicoret :(

ketiga,
sekolah homogen/ heterogen. 
ini poin penting dari si ayah. maksudnya apakah sekolah tsb berbasis agama atau tidak. 
sebisa mungkin kami ingin mengenalkan banyak hal pada pandji. harus tahu mana yg baik, mana yg buruk. bisa menghargai perbedaan dan menghormati sesama. 
seperti halnya indonesia yang punya banyak sekali kebudayaan dan bahasa, kami ingin pandji memahami itu. 

keempat,
Sumber Daya Manusia (guru/ staff pengajar)
kami akan menilai bagaimana sambutan di setiap sekolah yang kami kunjungi. dan kalau kebetulan lagi jam sekolah, kami juga leluasa melihat bagaimana interaksi guru dengan muridnya saat itu. 
so far dari beberapa sekolah yang saya kunjungi (karena mostly ga sama si ayah) sih baik semua sambutannya. dan anak2 yang saya tanyai di setiap sekolah pun enjoy sama sekolah dan guru2nya. 

Kelima, 
biaya dan fasilitas sekolah. 
setelah tanya ini itu sama pihak sekolah, saya akan minta ijin berkeliling sekolah, melihat fasilitas dan ruang2 kelasnya. 
beberapa sekolah akan dengan senang hati menemani dan menjelaskan setiap ruang. tapi tak sedikit  juga yang akhirnya mempersilahkan kami berkeliling sendiri :( 

untuk biaya, jadi yaaa..biaya sekolah anak SD zaman sekarang ituuu ternyata lebih mahal dari biaya kuliah saya 14 tahun yang lalu (yak ampun, udh tuir bgt dong ya saya)
setelah dapet sekolah dengan kriteria di atas lalu ternyata biayanya di luar kemampuan kami, tentu saja dengan terpaksa dicoret lah yaa.. 
kurang bijak rasanya sekolah dengan biaya setinggi itu, tapi di sekeliling kami masih banyaaak yg buat makan aja masih jauh dari cukup. huhuhuuuu..

melirik homeschooling? 
sebenarnya pilihan ini ada pada daftar pertama saya beberapa waktu lalu. 
saya yakin punya waktu dan kemampuan lebih untuk mendidik anak saya sendiri. HANYA dibutuhkan komitmen dan kesabaran yg ekstra aja untuk menjalankannya. 

beberapa lembaga sebenarnya sudah mewadahi ini. bukan murni homeschooling jadinya. anak tetap datang seminggu 2-3 kali utk belajar bersama mentor, lalu selebihnya dilakukan di rumah. modulnya sudah disiapkan, jadi orang tua tinggal mengikutinya saja. kebutuhan sosialisasinya dipenuhi dengan field trip 1-2 bulan sekali. semua murid "homeschooling" akan bersama- sama mengunjungi suatu tempat dan yaaa biasanya diselingi kegiatan belajar- mengajar juga.

setelah melihat biaya "homeschooling" yang ini saya malahan sediiihh dan syok juga pastinya. karena biayanya hampir setara dengan sekolah international dengan metode cambridge!

sedih. homeschooling yg dikomersialkan :( 
kalau ingin homeschooling, saya ingin yang benar- benar homeschooling. sekolah di rumah. sekolah sama saya. 

lalu sudahkah dapat sekolah yang dituju?
dengan lima poin di atas sesungguhnya ada satu- dua sekolah yg ciamik dan menyenangkaan rasanya berada disana. 
tapi ya, kembali lagi lah sebagai kelas dengan kemampuan finansial terbatas, kami harus toleransi thd beberapa hal. 
minimal poin satu dan kedua sudah terpenuhi. 

dan tambahan poin penting dari si ayah: kita tidak bisa selamanya memanjakan pandji dengan menciptakan atmosfer yg aman buat dia, toh pada kehidupan nyatanya nanti kita tidak akan bisa selamanya melindungi dia, pandji harus tetap menghadapi hitam- putih kehidupannya nantinya. 

mudah- mudahan dilancarkan yaa proses pencarian ini.. :) 











Minggu, Juli 06, 2014

hari kemarin


Kau bilang tak perlu lah tulis- tulis tentang hari kemarin.
Biar kita simpan sendiri, lalu maknai berdua. 
Tapi kau juga pasti paham bahwa menulis adalah salah satu cara'ku untuk tetap waras, kan?  
Jadi. Tak apalah ya? 
Bukankah pernikahan adalah juga saling memahami kemudian menghargainya? :)

Bagaimana rasanya 6 tahun bersama?
Bukan lagi berdua. Tapi ada tiga

Bahkan untuk perayaan special di tempat special pun kita selalu terhambat oleh 'pihak ketiga' yg kata orang orang MPASInya sungguh terlalu berhasil, tak mau terima masakan ber-kolesterol tinggi maupun masakan eropa dan selalu memilih menu makanan sehat dengan lidah asia nya :)

Berbincang di kedai kopi pun sekarang hanya hitungan menit, karena si 'pihak ketiga' dengan kombinasi koleris dan kinestetisnya tak lagi bisa duduk manis dan selalu tak sabar untuk semangkuk yoghurt atau satu cup muffin di kedai yg lain :)

lalu sudah berapa judul film favorit juga yang kita lewati sudah karena kunjungan ke bioskop juga berkurang drastis? 
dan selanjutnya pengetahuan film kita akan berakhir di dvd bajakan atau tayangan premiere di tv cable :)

Berkurang juga waktu kita berlama lama di toko buku untuk sekedar hunting karya penulis favorit. Si 'pihak ketiga' pastinya tak sabar membuka segel buku pilihannya yg sudah didapatnya duluan. Rak buku kita pun bertambah satu baris khusus untuk buku2 parenting, menggeser rentetan karya JK Rowling yg dulu kusayang sayang :)

Bagaimanakah 6 tahun berada dalam satu rumah?
Aku yg masih saja bersungut sungut merapikan majalah dan buku2mu yang tak pernah kembali ke rak, atau kunci yg juga berserakan tak kembali pada 'rumah'nya. 
Kau yg selalu pasrahnya menerima hasil dapurku di pagi hari yg seringkali hanya berupa telur mata sapi.
Atau si 'pihak ketiga' yg menggambar hampir di setiap sudut rumah kala itu :)

6 tahun bukan waktu yg singkat dan mudah dilewati, bahkan untuk mengingat momen 6 tahun yg lalu itu sendiri ya :')
6 tahun Yang tidak lagi kita jalani berdua, Tapi justru sempurna dengan adanya 'pihak ketiga' :')

Tak ada perayaan.
Tak ada kuntum bunga.
Tak ada makan malam istimewa.
Pandji si pihak ketiga yg lengkap buat kita bahagia. 
Seharusnya, hari kemarin itu sempurna :)



Selamat hari kemarin.
6 tahun yang tak mudah :)
Kamis, Mei 22, 2014

belajar dari Masterchef Australia 3

Masterchef Australia 3 sebenarnya sudah berlangsung sejak 2011 lalu. 
tapi di indonesia baru diputar di sebuah tv cable beberapa bulan belakangan. entah sih apa sudah diputar sebelumnya atau belum, tapi saya baru nonton di sesi yang ini. 

ada yang bikin saya takjub dari setiap episode-nya. bukan resep atau metode memasaknya ya, karena untuk membahas itu semua sungguh diluar kemampuan saya ^^. 
takjub adalah ketika semua peserta SADAR ada dalam sebuah kompetisi dimana ada yang kalah dan menang.
takjub manakala setiap peserta MAU MENERIMA kekalahan atas kesalahan atau keluputannya sendiri. 
takjub apabila setiap peserta bisa begitu SUPPORTIF dan ikut merasakan kebahagiaan pada lawannya yang bisa memenangkan sebuah tantangan. 
takjub ketika ada salah satu tim kalah dalam sebuah tantangan mereka TIDAK PERNAH menyalahkan si captain. 

di saat negara kita dipenuhi issue miskinnya empati bahkan dari pemimpinnya sendiri, saya sungguh bahagianya melihat tayangan ini. 

saya tak punya banyak kenangan kompetisi di masa kecil saya. tak punya piala sama sekali yang berukir nama saya. tak punya prestasi berarti baik berupa plakat maupun piagam. jiwa kompetisi dalam dirii saya mungkin tak ada sama sekali. pasrahan. 

kompetisi yang dihadapi pandji pertama kali adalah lomba sepeda hias tingkat taman kanak kanak. kami lalu menghias sepeda bersama, prinsip saya kala itu "pakai barang yang ada di rumah, tidak perlu beli." dari piring kertas, alas kue, sampai pita2 semua hasil bongkar lemari. kami menghias bersama. tak ada target menang atau apapun. yang saya ambil poin saat itu adalah "pandji terlibat langsung dlm menghias sepeda untuk lombanya sendiri". 
hasil kami jauh dari heboh. pada bagian depan malahan hasil coret2nya si ayah. 
pandji gembira dan puaaas bersepeda keliling kampung pada hari H. melihat itu saja saya sudah senaaang sekali. 

tak diduga tak dinyana pandji meraih juara 3 hari itu. bangga dan bahagianya luar biasa dia. dan diluar dugaan saya, beberapa anak yang tidak menang menangis keras, merajuk minta piala dan ngambek tidak mau pulang. 
saya justru lebih siap menghadapi situasi yang itu. sudah berbekal ilmu akan menjelaskan pada pandji apa itu lomba, kenapa ada yang menang dan kalah, dan bagaimana menghadapinya. 

tapi kembali lagi saya syok, hari itu banyak ibu akhirnya MEMBELI piala demi menghentikkan tangis si anak. sekolah tentu saja dengan senang hati menyediakannya. 
kalau anak tak bisa menerima kekalahannya sejak dini, lalu bagaimana kelak dewasa nanti, wahai para orang tua yang terhormat? 

kompetisi kedua yang kami hadapi adalah "lomba peragaan busana dalam rangka hari kartini" kali ini dari sekolah yang berbeda. 
saya tetap pada prinsip "pandji harus terlibat dari awal". konsep dan baju adat yang akan dikenakannya adalah pilihannya sendiri, tanpa saya luput menjelaskan resikonya karena pilihannya adalah yang ribetnya naujubilah. pandji setuju. 

pada hari H dia membuktikan komitmennya. melenggok riang di panggung dan menikmati sekali penampilannya hari itu. kembali, pandji meraih juara 3 :) 
dan saya kembali melihat tangis dan rengekan anak anak yang juga menginginkan piala. 
tapi tak ada satu pun orang tua yang membelikannya untuk  si anak. sekolah pun tidak menyediakannya. masing2 ibu punya penyelesaian sendiri dalam menghadapi si anak. 
pastinya dengan kalimat positif yang juga menguatkan, bukan menjatuhkan :) 

yak. saya berada di "dunia" yang tepat. *lah kemaren2 dimana Ren? :)))

kembali lagi pada Masterchef Autralia 3. 
mereka pastilah bukannya tiba2 menjelma menjadi orang dewasa yang sebegitu supportifnya dalam sebuah kompetisi. sanggup menerima kekalahan bukanlah hal yg mudah dihadapi siapapun. tapi bagaimana kita bisa belajar dari kesalahan, itu yang penting. 
bagaimana jadinya kalau sejak kecil mereka dibiasakan "membeli" piala dalam setiap kompetisi? pastilah hasilnya jauh berbeda. 

empati tidak hanya dimiliki 1-2 peserta, tapi -kalau boleh saya berlebihan- semuanya. 
salah satunya ketika alana yang sama sekali tidak sakit hati pada dani saat harus menggantikan dani menghadapi tes eliminasi - hanya karena dani punya pin imuniti-. alana menghadapinya dengan tetap mengerahkan kemampuan memasaknya saat itu. dan dia membuktikannya. terhindar dari eliminasi. 
lalu tim yang tidak pernah menyalahkan sang captain apabila kalah dalam tantangan. 
dan bagaimana mereka saling support ketika teman2nya berada dalam tantangan eliminasi. 

sungguh. "hanya" bermodal empati yang dipupuk pada anak sejak dini pasti damai lah negara kita tercinta. 

dan saya kutipkan disini:
penelitian Daniel Goleman (2000:44) mengatakan bahwa IQ hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan Emotional Quotient (EQ) menyumbang 80% seperti bagaimana anak dapat mengelola emosi, mengatasi frustasi, memotivasi diri, empati, dan bagaimana bekerja sama. diambil dari buku "Temukan Bakat Anak Anda" oleh Nila Purnamawati & Widianto Setiono. 

dari saya. 
tak perlu pergi Australia untuk bisa punya empati. 
mulai dari diri sendiri, sejak dini. 
lalu kita rubah nasib bangsa sendiri. 

*****



Rabu, Mei 07, 2014

HFMD dan pandji

sekolah (untuk pandji saat ini) sejatinya adalah tempat bermain dan berkumpul bersama teman2nya. tapi selain berbagi kesenangan anak2 ternyata juga saling berbagi virus dan penyakit. nggak bisa nyalahin siapa2 lah yaaa, namanya juga virus, dimanapun pasti ada. tugas kita sebagai orang tua pastilah sebisa mungkin menjaga daya tahan tubuh si anak. 

pandji termasuk anak yang jarang sakit, batuk pilek pun terbilang jarang. tapi sejak sekolah, di semester kedua ini pandji udah sakit 2x huhuhuu.
yang pertama sih batuk- pilek biasa, tapi kali ini sungguh pengalaman baru buat ibuk :(  

Jumat, 2 Mei 2014
berangkat sekolah seperti biasa. hari ini jadwal pulang jam 10 pagi karena pihak sekolah mau persiapan dekor untuk perayaan hari kartini keesokan harinya. pas keluar dari sekolah wajahnya kuyu, bilang mau langsung pulang aja ga mau main. ditanya kenapa? jawabnya "cape", badannya mulai sumeng. 

sepanjang jalan rewel ingin cepat sampai rumah krn pingin tiduran. ditawarin es krim dan coklat pun ga mempan. pokoknya cepat pulang. 
sampai rumah langsung nangis dan lemes, demamnya menjadi. ganti baju langsung tertidur. suhu tubuh 38 dercel dan badan menggigil. baiklah, ini virus. kompres air hangat dan skin to skin contact dulu.

bangun tidur masih rewel, mengeluh sakit di sekujur tubuh. minum parasetamol 5ml lebih sbg pain killer, bukan penurun panas. 
makan tersendat tapi minum masih banyak, buah juga lancar. menjelang sore tertidur lagi tapi sudah tidak menggigil. 

malam hari segar bugar. demam hilang dan makan-minum lancar. hanya wajahnya aja msh kuyu. 

Sabtu, 3 Mei 2014
bangun pagi semangat sekali. ibuk masih tanya apakah pandji sudah sehat dan siap ikut kartinian hari ini? dijawab iya. baiklah, demam juga sudah hilang. ibuk malah menduga demamnya kemarin krn pandji tak sabar mau pakai baju daerah hari ini  :D

sepanjang acara berjalan lancar, malah pulang bawa piala juara 3 :) 
menjelang sore mengeluh gatal di kaki. ibuk terlintas pikir "palingan digigit nyamuk" ><'

Minggu, 4 Mei 2014
kaki yg dikeluhkan gatal sebelumnya muncul bintik2 merah berair. ibuk masih menduga digigit nyamuk krn tidak terlalu banyak, demam pun sudah benar2 hilang. pandji juga masih aktif seperti biasanya. 

malam hari bintik makin banyak dan hanya terdapat di telapak- pergelangan kaki dan tangan. duh, pasti HFMD (Hand foot and mouth disease atau Flu singapur). karantina dimulai, besoknya tak boleh sekolah. 

Senin, 5 Mei 2014
bolos sekolah, tapi perilaku masih aktif, makan- minum juga lancar. pas tidur siang terlihat jelas semua bintik2, ternyata ga cuma di telapak, tapi juga sampai lutut, sikut, bahkan belakang telinga... aduuuuh, apa iya HFMD kalau menyebar banyak beginiii.. mulai panik. 

diingat2 lagi hasil observasi kemarin, tapi ibuk yakin kalau demamnya hanya jumat saja, karena kalau cacar air bintik/ lesi muncul ketika demam tinggi, sedangkan pandji justru ketika demam turun. yakin 80% kalau ini HFMD dan hanya butuh home treatment aja. tapi demi menggakan diagnosa akhirnya bikin janji untuk konsultasi ke markas sehat keesokan harinya. pas banget yg praktek dr. Wati... hoorreeee.. 

Selasa, 6 Mei 2014
ini pertama kalinya pandji kontrol ke dokter karena sakit. sebelumnya ya palingan untuk imunisasi aja. sebelumnya udah di sounding kalau nanti mau diperiksa ke dokter, pakai stetoskop dsb. pandji nuruuutt banget diperiksa eyang dokter, naik ke tempat tidur dan anteng diperiksa sana- sini, ditanya juga dijawab dengan baik. mungkin karena eyang dokter dan asistennya welcome bgt sama pandji, jd dia pastinya nyaman dan ga takut. 

kesimpulan dr. wati sama dengan ibuk, HFMD. hanya saja ini  varian ringan dan memang HFMD sekarang tak hanya menyerang tangan dan kaki, kadang malah sampai bokong. duh! 

bintik/ lesi di area mulut hanya ditemukan satu di kerongkongan, jadi alhamdulillah pandji tetap bisa makan dan minum dengan lancar. 
tak ada resep obat sama sekali. hanya pandji harus minum banyak dan ga boleh sekolah dulu 1 minggu. bukan hanya karena sakitnya tapi krn penyakit ini menular, jadi lebih baik tidak berbagi lah dengan teman2nya :) 

pas lagi konsultasi sm dr. Wati asistennya dengan sigap mengganti sprei yang habis dipakai pandji sebelumnya. wah takjub (bukan tersinggung ya :P ) karena kan penyakitnya memang menular, jd supaya tidak menulari pasien selanjutnya. alat2 periksa yang sebelumnya dipakai pandji juga langsung dibersihkan dengan alkohol. keren ya markas sehat :D

Rabu, 7 Mei 2014
lesi/ bintik mulai pecah (ini tidak akan meninggalkan bekas di kulit, beda dengan cacar). pandji juga mulai bosan di rumah. dengan berbagai pertimbangan akhirnya ibuk mengijinkan pandji untuk sekolah jumat nanti.

siang hari ibuk dapet pesan masuk di ponsel dari orang tua murid, ternyata ada beberapa anak di sekolah yang juga terkena HFMD, termasuk anak kepala sekolahnya. duh! 
orang tua murid juga dikasih surat himbauan dari sekolah apabila anaknya ada yg sakit dan belum fit agar tetap istirahat di rumah saja. 

huhuuuu langsung urung deh mengijinkan pandji sekolah jumat nanti. biar bener2 hilang dulu aja lesi nya, krn kalau nanggung begini yang ada virusnya ping pooong aja di sekitar situ, ga ilang2 doong ><"

sekarang PRnya ibuk deh ngajak pandji berkegiatan di rumah supaya dia ngga bosan lagi. dan pastinya menjaga daya tahan tubuhnya dengan banyak minum dan makan buah dan sayur. 

tak ada yg perlu disalahkan dan disesalkan. virus ada dimanapun, bukan hanya di sekolah, kembali lagi, tugas kita sebagai orang tua yg menjaga daya tahan tubuh si anak dan menjaga kebersihan lingkungannya :) 

jangan pada takut anaknya sekolah setelah ini ya :D
Jumat, April 04, 2014

***

pulang.
tapi bukan aku yang kau inginkan.

ragaku ada,
rasaku sama,
kau pun disana,
tapi tak terasa nyata.

tak ada jalan kembali,
tapi aku juga tak ingin disini,
sampai kapan begini.

kau nyatakan bukan mimpi,
kau jelaskan berkali-kali,
sadarkah kau kita saling menyakiti. 

sekali saja, 
rasakan aku ada
ingatlah bahwa aku nyata
bukan sekedar boneka
dengan segala sandiwara

sekali saja, 
bukan untuk rasa bangga
hanya ingin lega
untuk kita rasa berdua

sadarkah, 
aku ada. 
karena kau ada

***
Minggu, Januari 19, 2014

ayo sekolah (lagi), pandji...

baiklah. 
ini adalah beberapa catatan dan alasan kenapa saya akhirnya sungguh tega dan 'kejam'nya memindahkan sekolah pandji yang berjarak kurleb 12km dari rumah. 
iya. untuk sekolah taman kanak- kanak. 
iya. saya mungkin mengada- ada dan menyiksa diri sendiri. 

pertama. 
pandji bahagia. 
yang selalu saya tanyakan pada pandji ketika dia pulang sekolah adalah "apakah dia bahagia di sekolah hari ini?" 
selalu dijawabnya dengan "iya.." dan mata berbinar binar. 
kemudian dia akan menceritakan kegiatan apa yang dilakukan di sekolahnya tadi, lalu bertanya tanpa henti. 
matanya penuh rasa ingin tahu, pertanyaannya tak berbatas imajinasi. 
saya sungguh menikmati per-kata dan tanya-nya. 

kedua. 
baju sekolahnya selalu kotor dan bekalnya selalu habis. 
berani kotor itu baik bukanlah slogan iklan semata. 
saya akan menyambutnya penuh suka cita ketika dia pulang dengan seragam penuh serpihan pasir dan noda tanah, atau bahkan warna warni cat air. 
karena, dia pasti beraktivitas di luar bersama teman2nya dan menikmati penuh hak nya sebagai seorang anak: bermain. 

saya juga selalu tanya malam sebelumnya, mau bekal apa besok ke sekolah? dan setiap kali saya penuhi permintaannya dia akan dengan senang hati menghabiskan bekalnya. 
kalau makannya banyak, pastilah energi yang dikeluarkannya juga banyak. energi untuk bermain dan bersenang- senang. 

ketiga. 
pandji tidak pernah mengeluh. 
awal kepindahan sekolahnya saya terlebih dulu bertanya pada pandji. 
karena sekolah pilihannya terbilang jauh, konsekuensinya adalah dia harus bangun dan berangkat lebih pagi, lalu menempuh perjalanan 35 menit dengan motor atau min 45 menit dengan mobil. 
dia setuju. dan benar2 menjalankannya sepenuh hati. 
kembali pada poin pertama, berarti dia bahagia :) 

keempat. 
saya mengamati pertumbuhan dan perkembangan pandji setiap saat. 
saya belajar dan mempelajari. mengenali model pembelajaran pandji dan kecerdasannya. 
saya mengikuti caranya, salah satunya dengan menganalogikan setiap huruf dan angka pada sebuah benda/ hewan, kadang menambahkannya dengan bernyanyi. 
pandji cepat bosan, dan kalau sudah seperti itu saya harus mengembalikan lagi hak-nya, bermain. 
saya tak perlu menjelaskan itu pada pengajarnya di sekolah. 
saya belum sempat menceritakan kebiasaan pandji mengingat huruf dan angka dengan cara kami. 
sampai tiba2 pandji punya analogi2 baru untuk huruf dan angka lain yang belum sempat kami pelajari. 
tanpa saya beritahu, pengajarnya sudah paham kebiasaan pandji, kemudian mengikuti maunya, bukan memaksa dengan cara lama.

kelima. 
pandji tidak pernah minta diantar sampai ke depan kelasnya. 
dia akan melompat turun ketika sampai di gerbang sekolah. 
hanya melambai sebentar pada saya lalu melenggang riang menuju sekolahnya. 
setidaknya dia merasa nyaman dan aman disana, bukan berjalan menuju tempat yang menakutkan. 

keenam? 
ah, rasanya terlalu berlebihan kalau saya teruskan. 
lima poin itu saja dulu yang saya pegang erat saat ini. 

saya masih harus banyak bersabar. 
kami masih ingin banyak belajar. 

investasi ada pada kebahagiaan anak kami. 
bekal untuk masa depannya nanti. 

 

Blog Template by BloggerCandy.com