Jumat, September 26, 2014

ayo (cari) sekolah (lagi), pandji.....

tahun ajaran 2015- 2016 memang baru akan dimulai 10 bulan mendatang. 
tapiiiii untuk pendaftaran beberapa sekolah swasta sudah akan dimulai satu- dua bulan ke depan. dan yak, perburuan kembali dimulai. 
duuuhhh, kok cepet banget ya pertumbuhannya anak- anak itu, tau2 pandji udah mau SD. sementara saya masih suka cium-cium bertubi2, peluk2 sambil menari, saling cerita dan ketawa2 sebelum tidur. huhuhuhuuu.. 
siap2 kalo udah masuk SD pasti lebih serius belajar, pake ulangan segala, trus sekolahnya jadi lebih lama...huhuhuuu :'( *loh kok malah ibu yang panik yaa... :D

sebenarnya saya sudah survey ke beberapa sekolah justru sejak agustus kemarin. 
karena punya pengalaman -anak stress karena beban akademik sekolah- maka saya tak ingin membeli kucing dalam karung. 
beberapa poin penting menjadi syarat mutlak saya untuk sekolah pandji nantinya. 

sekolah pandji saat ini berjarak 12km dari rumah. 
secara fisik, memang sungguh amat sangat melelahkan. 
tapi tiap liat anaknya bahagia, cerita cas cis cus tentang sekolahnya, masih aktif main ini itu, yah...beberapa hal memang harus dikorbankan. 
untuk saat ini, sedia sehat aja sebelum anter- jemput pandji sekolah lah :) 

jadi.... 
poin pertama adalah jarak
ehm, dengan jarak sekolah TK aja 12km kebayang dong ya parameter "deket"nya saya sejauh apa :D
yang masuk list saya memang tidak bisa dibilang dekat rumah sih, yah paling nggak setengahnya jarak ke sekolah yang sekarang deh. 
dan jam sekolahnya anak SD kan lebih panjang nantinya, jadi saya nggak perlu duduk manis nunggu di sekolah karena nanggung kalo mau pulang dg jarak tempuh yg lumayan aduhai itu. 

yang kedua adalah kurikulum dan metode belajar- mengajar. 
kembali lagi, karena pandji pernah trauma dengan sekolah yg beban akademiknya membebani dan metode belajar yg konvensional, kali ini kami harus lebih cermat lagi memilih sekolah yg tepat. 
dg bekal hasil observasi selama di sekolah, kami punya bayangan lah sekolah apa yg sekiranya cocok buat pandji. 
kami mengutamakan sekolah dg kurikulum nasional dan metode belajar active learning
tidak membebani anak dengan PR dan dapat mengakomodir kebutuhan anak2 diluar kemampuan akademiknya. 
tidak mengkotak-kotak-an anak berdasarkan nilai akademiknya saja. si ini peringkat segini. si itu masuk kelas unggulan. si anu nilainya sekian. 
seleksi masuk sekolah bukan berdasarkan kemampuan akademiknya saja. kalau belum bisa baca-tulis-hitung trus ngga diterima :( 
dengan poin sebanyak ini kok justru lebih banyak daftar sekolah yg deket dari rumah yang terpaksa dicoret :(

ketiga,
sekolah homogen/ heterogen. 
ini poin penting dari si ayah. maksudnya apakah sekolah tsb berbasis agama atau tidak. 
sebisa mungkin kami ingin mengenalkan banyak hal pada pandji. harus tahu mana yg baik, mana yg buruk. bisa menghargai perbedaan dan menghormati sesama. 
seperti halnya indonesia yang punya banyak sekali kebudayaan dan bahasa, kami ingin pandji memahami itu. 

keempat,
Sumber Daya Manusia (guru/ staff pengajar)
kami akan menilai bagaimana sambutan di setiap sekolah yang kami kunjungi. dan kalau kebetulan lagi jam sekolah, kami juga leluasa melihat bagaimana interaksi guru dengan muridnya saat itu. 
so far dari beberapa sekolah yang saya kunjungi (karena mostly ga sama si ayah) sih baik semua sambutannya. dan anak2 yang saya tanyai di setiap sekolah pun enjoy sama sekolah dan guru2nya. 

Kelima, 
biaya dan fasilitas sekolah. 
setelah tanya ini itu sama pihak sekolah, saya akan minta ijin berkeliling sekolah, melihat fasilitas dan ruang2 kelasnya. 
beberapa sekolah akan dengan senang hati menemani dan menjelaskan setiap ruang. tapi tak sedikit  juga yang akhirnya mempersilahkan kami berkeliling sendiri :( 

untuk biaya, jadi yaaa..biaya sekolah anak SD zaman sekarang ituuu ternyata lebih mahal dari biaya kuliah saya 14 tahun yang lalu (yak ampun, udh tuir bgt dong ya saya)
setelah dapet sekolah dengan kriteria di atas lalu ternyata biayanya di luar kemampuan kami, tentu saja dengan terpaksa dicoret lah yaa.. 
kurang bijak rasanya sekolah dengan biaya setinggi itu, tapi di sekeliling kami masih banyaaak yg buat makan aja masih jauh dari cukup. huhuhuuuu..

melirik homeschooling? 
sebenarnya pilihan ini ada pada daftar pertama saya beberapa waktu lalu. 
saya yakin punya waktu dan kemampuan lebih untuk mendidik anak saya sendiri. HANYA dibutuhkan komitmen dan kesabaran yg ekstra aja untuk menjalankannya. 

beberapa lembaga sebenarnya sudah mewadahi ini. bukan murni homeschooling jadinya. anak tetap datang seminggu 2-3 kali utk belajar bersama mentor, lalu selebihnya dilakukan di rumah. modulnya sudah disiapkan, jadi orang tua tinggal mengikutinya saja. kebutuhan sosialisasinya dipenuhi dengan field trip 1-2 bulan sekali. semua murid "homeschooling" akan bersama- sama mengunjungi suatu tempat dan yaaa biasanya diselingi kegiatan belajar- mengajar juga.

setelah melihat biaya "homeschooling" yang ini saya malahan sediiihh dan syok juga pastinya. karena biayanya hampir setara dengan sekolah international dengan metode cambridge!

sedih. homeschooling yg dikomersialkan :( 
kalau ingin homeschooling, saya ingin yang benar- benar homeschooling. sekolah di rumah. sekolah sama saya. 

lalu sudahkah dapat sekolah yang dituju?
dengan lima poin di atas sesungguhnya ada satu- dua sekolah yg ciamik dan menyenangkaan rasanya berada disana. 
tapi ya, kembali lagi lah sebagai kelas dengan kemampuan finansial terbatas, kami harus toleransi thd beberapa hal. 
minimal poin satu dan kedua sudah terpenuhi. 

dan tambahan poin penting dari si ayah: kita tidak bisa selamanya memanjakan pandji dengan menciptakan atmosfer yg aman buat dia, toh pada kehidupan nyatanya nanti kita tidak akan bisa selamanya melindungi dia, pandji harus tetap menghadapi hitam- putih kehidupannya nantinya. 

mudah- mudahan dilancarkan yaa proses pencarian ini.. :) 











0 komentar:

 

Blog Template by BloggerCandy.com