Minggu, Oktober 11, 2009

pesan moral setelah melahirkan


melahirkan itu ternyata melelahkan, sangat melelahkan.


dulu, saya begitu antusias menjenguk teman dan kerabat yang melahirkan. ternyata kunjungan yang tidak tepat waktu dan tempatnya bisa jadi amat sangat menyebalkan.
saya melahirkan lewat operasi sesar tepat pukul 22.06 wib. semua terjadi begitu cepat, begitu tiba-tiba, dan saya tak pernah mempersiapkan diri untuk itu.
sekitar pukul 23.00 saya mulai masuk ke ruang perawatan. mendekap erat si kecil dan mulai menyusui. apa rasanya? entahlah, yang jelas malam itu saya sama sekali tidak bisa tertidur.

paginya tamu mulai berdatangan. sementara dari perut ke bawah saya masih dipengaruhi anestesi tadi malam. walaupun hanya keluarga dekat yang datang, tapi entah kenapa saya masih saja terasa kosong. inginnya hanya ada saya dan suami saat itu. metode rooming in yang diterapkan RS tempat saya bersalin "memaksa" si kecil tetap berada di pelukan saya. dan dengan kondisi saya itu saya hanya bisa menyusuinya sambil berbaring.

awalnya semua baik2 saja. sampai akhirnya semua merasa berhak untuk sekedar menggendong dan menimangnya. dan ketika saat menyusui tiba, bukan hanya satu atau dua kerabat yang bisa dengan tiba2 mematahkan semangat dan moral saya. "anaknya nggak mau nyusu tuh"; "susunya ga keluar kali"; "udah kasih susu kaleng aja"; dsb...dsb...
saya hanya bersabar, berusaha tenang untuk kelancaran produksi ASI saya. untungnya semua perawat dan bidan disana sepenuhnya memberi semangat untuk memberi ASIX. anak baru lahir bisa bertahan 2 hari tanpa asupan makanan, dia menyusu bukan hanya karena lapar, tapi ingin dekat dengan ibunya...itu saja yang selalu saya ingat.

tanggal 30 malam si kecil diperiksa DSAnya. ternyata suhu badannya mencapai 38 dan diduga terkena infeksi dari luar. terlalu banyak tamu yang datang berkunjung. itu kesimpulan sementaranya. akhirnya malam itu juga dia harus diberi antibiotik untuk mencegah infeksinya. jangan ditanya bagaimana perasaan saya saat itu. anakku baru berusia 2 hari dan sudah merasakan jarum suntik di tangannya. saya menangis. lagi2, semua terjadi begitu tiba2...

akhirnya sejak saat itu si kecil tak lagi boleh lagi berada di kamar selama ada tamu yang datang berkunjung. saya yang akhirnya tertatih tatih menuju kamar bayi untuk menyusuinya. awalnya seperti tersayat2 saat melihat jarum infus di tangan kanannya. tapi dia begitu ceria, sama sekali tidak terlihat sakit. bahkan sandaran untuk tangannya menjadi mainan buatnya. ah, anakku lagi2 harus berjuang...

setelah kembali ke rumah permasalahan tidak begitu saja selesai. rasa lelah ini belum juga hilang dan saya masih juga menutup diri. beberapa teman dan sahabat saya larang berkunjung. tapi ini tidak berlaku untuk tetangga dan beberapa kerabat. bahkan pernah pada suatu malam pintu kamar kami diketok seorang tante yang ingin melihat si kecil, padahal saat itu saya benar2 sedang sangat lelah dan tertidur lelap. esok dan seterusnya beberapa kali saya pura2 tertidur saja dan tidak terbangun mendengar sapaan mereka. it works.

kunjungan saja sebenarnya bukan masalah besar. yang membuat saya malas menerima tamu sebenarnya adalah "nasihat" mereka yang merasa sudah lebih berpengalaman. awalnya mereka pasti akan mencibir begitu tahu saya melahirkan lewat operasi sesar. tanpa tanya kenapa, tanpa mau tahu ada apa. "anak sekarang mah males ngeden" itu salah satu jawaban mereka. saya hanya tersenyum saja. lalu kedua seputar ASI. tidak sedikit yang tidak percaya saya bisa menyusui bayi saya. seseorang bahkan dengan polosnya menyentuh payudara saya sambil mencibir "emang ada susunya..."

duh, Gusti....
ampuni aku kalau kesabaran ini hanya berbatas disini...

tidak satu-dua-tiga orang juga yang menganjurkan saya memberi susu formula saja pada si kecil; "nanti repot loh"; "pasti keteteran"; "nanti bentuk payudaranya turun lho". terkadang mereka seperti melihat kasihan pada saya, seperti tidak mampu membeli susu untuk anaknya sendiri. seseorang bahkan memberi contoh seorang anak berusia 4 bulan sudah bisa duduk sendiri karena mengkonsumsi susu S**. lagi2 saya hanya tersenyum. biarlah. aku tak perlu anakku dipuji puji dan serba lebih dari segalanya. biar saja dia tumbuh dan berkembang sewajarnya, sesuai usianya.

sejak saat itu saya akan berfikir 2 kali untuk menjenguk seorang teman yang melahirkan.
leraning by doing, melahirkan itu sangat melelahkan...
 

Blog Template by BloggerCandy.com