Selasa, Oktober 28, 2008

basi-basi

beberapa hari yang lalu saya menemukan postingan pada sebuah blog tentang basa-basi.
intinya, si empunya blog melihat basa-basi adalah salah satu bentuk nyata dari sok kenal . lengkap dengan penjabaran2 mengenai sejauh manakah basa basi yang menurutnya basi itu.

menarik...
saya pun kadang bersikap skeptis seperti itu. lets check...

saya tinggal di lingkungan perumahan (bukan kompleks) yang tidak berbatas blok dan tembok2 tinggi. setiap pagi saya berangkat ke kantor sekitar pukul 8.30. baru keluar pintu rumah dan sampai teras pun sudah bertemu ibu muda yang menyuapi sambil mengajak jalan2 anaknya. "berangkat, mbak?" adalah pertanyaan rutinnya. lalu keluar gang 10 meter pasti bertemu tukang sayur yang sudah dikerubungi ibu2. kalau tak keduluan, saya yang akan berteriak memanggil si embak, lalu berlanjut dengan sapaan dari ibu2 yang mengelilinginya. topiknya masih sama: "berangkat, mbak?"....

sekitar 50m pasti sudah "ditunggu" bapak pemilik wartel. rutin setiap pagi si bapak duduk di depan wartel yang bahkan belum dibukanya ditemani koran dan terkadang tetangga yg kebetulan lewat lalu mampir, pertanyaan "berangkat?" terlontar untuk yang ketiga kalinya.

bisa saja saya skeptis dengan 3 pertanyaan yang sama, di waktu yang hampir bersamaan dan dalam jarak kurang dari 100m. kalau mau panjang urusannya saya akan menjawab "iya pak, bu, saya mau berangkat ke kantor karena sudah jam segini" atau "iya pak, bu, berangkat ke kantor, ada setumpuk pekerjaan yang menunggu, ada gambar yang perlu diselesaikan, ada BQ yang harus dihitung, ada klien yang harus ditemui, " panjang kan?...

pernah juga suatu pagi2 sekali saya berangkat terlalu dini. lalu saya bertemu dengan orang yang sama ketika saya berangkat pukul 8.30. bedanya pertanyaan'nya kali ini: "tumben pagi2?". kalau mau skeptis (lagi) saya bisa saja menjawab "ya urusan gw dong, apa ada pengaruhnya juga bt lo gw berangkat pagi2 atau siang2 atau malem2?".. atau kalau memang perlu jawaban lengkap "iya ni berangkat pagi soalnya harus ketemu klien, ada masalah di proyek yang butuh penyelesaian hari ini juga jadi mau konsultasikan dulu dengan klien langkah apakah yang harus diambil," alhamdulillah'nya saya tak pernah sekalipun menjawab dengan 2 jenis jawaban seperti itu.

apakah pertanyaan2 itu dimaksudkan mereka untuk mendapatkan jawaban yang sebenarnya?
*kenapa saya berangkat pagi itu?
*mau berangkat kemana saya hari itu?
*sudah waktunya'kah saya berangkat saat itu?
saya yakin bukan. inilah basa-basi. antara penting dan nggak penting untuk diutarakan.

penting karena sapaan pagi itu bisa membuat pagi saya terasa lebih ringan.
nggak penting karena apapun dan kemanapun saya pagi itu benar2 tidak ada urusannya dengan mereka. tapi demi rasa ringan di hati, saya lebih melihat semua itu sbg sesuatu yang penting. =)

tapi saya pun pernah terjebak pertanyaan yang benar2 basa-basi. bersikap skeptis tp tak bisa berbuat apa2 lalu marah setelah itu. minggu2 pertama awal pernikahan saya hampir semua teman dan sahabat menanyakan hal yang sama "gimana malam pertamanya?". nah, dari awal pertanyaan ini muncul, saya tak tau mau menjawabnya seperti apa. saya bahkan sampai harus "ngumpet" di YM dengan status "invisible to everyone" untuk menghindari sapaan2 itu.

sempat pula saya langsung menyemprot seorang sahabat ketika menanyakan hal yang sama. "mau jawaban seperti apa?". apakah perlu saya jawab dengan perincian setiap detailnya. tidur berpelukan-mulai pegang2an-sedikit cium2an malu2-................(lanjutkan saja sendiri) .

3 minggu kemudian pertanyaan berganti: "udah isi belum?"...skeptis?pasti.
kalau saya jawab sudah pastilah yang mampir ucapan selamat- semoga lancar- sehat- bahagia- happy ending ever after... nah berhubung jawaban saya adalah belum maka yg muncul adalah pertanyan lagi "kok belum sih?". kalau yang ini diluar kuasa saya untuk menjawabnya.

ah ya, pernah juga suatu kali saya sedang sangat labil, lalu muncul lagi pertanyaan itu dari seorang teman. sekali lagi saya bilang belum, dan semakin dia bertanya lagi. saat itu saya punya 2 pilihan untuk menjawab. satu: menjelaskan kenapa saya belum hamil secara medis lengkap dengan lampiran hasil USG dari ginekolog dan catatan lengkap saya dari sebuah RS bersalin. dua: bertanya balik, kalau memang saya sudah hamil apa pengaruhnya dalam hidupnya, apa dia yang akan memenuhi semua kebutuhan saya& si bayi, apa dia yang menanggung semua biaya persalinannya, atau dia yang akan merawatnya nanti?... ah, bahkan dia saja tak datang di hari pernikahan kami.

setelahnya saya menyesal dan tak habis pikir kenapa saya punya pikiran di jawaban nomer dua. sekalipun tak saya utarakan pada si teman tetap saya merasa sangat2 tak pantas punya pikiran seperti itu.
saya pun menjawabnya dengan another basa- basi: iya, disuruh pacaran dulu ni sama 4JJI.

ampuni aku Gusti 4JJI, mengajak2MU dalam lingkaran ini.

sampai disini, masih pentingkah sapaan basa-basi itu???...
tetap buat saya, lebih suka disapa walau sekedar basa basi dan terkadang cukup membuat kening saya berkernyit daripada tak disapa (tak dianggap) sama sekali. setelah itu, tinggal bagaimana pintar2nya saya menjawab setiap sapaan. ^^



2 komentar:

yudhi puspa tia mengatakan...

tapi mba aku nanya ga basa basi lohh..hihi :P

aku kan pengen tau kabar kamyu

mungkin sebaeknya aku nanya enak ga abis merit??
doooo... aku juga jadi pengen merit nih,, huhu(T^T)

R -Winarso mengatakan...

@tya: wheheheheee...
iya, ty, yg bikin basa basi jd basi kan kalo pertanyaannya berlanjut, then i'll always have no idea how to answer that...kayak "kok belom" itu loh...heheheee

sekalian konfirmasi disini: saya belom hamil sodara2...sabar..sabar...tetap mendo'akan ya...kalo udah positif pasti dikabarin semua...=D

enak ga abis merit?
humm...enak, ty, ada yg boncengin kalo berangkat kerja, ga perlu nyetir sendiri lagi...;P

 

Blog Template by BloggerCandy.com